Tampilkan postingan dengan label Kesehatan Jantung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan Jantung. Tampilkan semua postingan

Silica Untuk Kesehatan Dan Kecantikan

Better Nutrition - Des 1997, James F. Scheer

Silicon adalah elemen terbanyak ke-2 di bumi setelah oksigen, dan juga elemen yang paling berlimpah ke-2 di lapisan kulit bumi, dimana terutama ditemukan dalam bentuk silica atau silicon dioksida (disebut juga flint).

Sumber inorganik silica, ditemukan sebagian besar dalam bentuk silica oksida pada pasir dan kwarsa dan sebagai silikat dalam bentuk mineral seperti granit. Sumber organik meliputi herbal, horsetail (sejenis tumbuhan) dan makanan tertentu.
.
Silica adalah penting untuk kesehatan: tulang, tulang rawan, organ dan jaringan penghubung (aorta, trakea, dinding arteri, ligamen dan tendon); dan untuk kecantikan: rambut, kulit, kuku. Terima kasih atas riset yang dilakukan oleh E.M. Carlisle, K. Schwarz, D.B. Milne, A. Charnot, R.H. Monceaux, J. Looper, E.J. Rus, L.C. Kevran, A. Weiss, A.T. Diplock, dan yang lainnya. Kami sekarang menyadari bahwa elemen ini memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kesehatan dan hidup kita.

Edith M. Carlisle, Ph. D., menemukan bahwa kalsium dan vitamin D saja tidaklah cukup untuk pertumbuhan, kepadatan, kekuatan dan fleksibilitas tulang. Mineral lain termasuk silica dibutuhkan untuk memperkuat tulang dan meningkatkan produksi kolagen, suatu jaringan penghubung yang kuat dan fleksibel yang mengikat semuanya menjadi satu kesatuan.
Salah satu faktanya, ia mencatat dalam berbagai studi, sejalan dengan bertambahnya umur, silica menghilang dari aorta, pembuluh darah jantung, dan konsekuensinya, jaringan penghubung di dalamnya memburuk.

Silica adalah yang menopang dan mengikat tubuh kita menjadi suatu kesatuan

Studi yang dilakukan Carlisle terhadap anak ayam pada tahun 70-an dan 80-an membawa silica dari status tidak penting menjadi sesuatu yang penting. Studi ini mempelajari pertumbuhan dan metabolisme tulang dengan dan tanpa silica dalam pola makan anak ayam. Ia membuat dua penemuan: Pertama, anak ayam yang diberikan suplementasi silica dalam dietnya menunjukkan peningkatan 100% dalam kolagen tulang dibanding dengan yang tidak menerima silica. Lebih jauh, tulangnya menunjukkan kenaikan kandungan kalsium, secara perlahan tapi pasti, yang tidak ditunjukkan oleh anak ayam yang tidak menerima silica. Carlisle juga menemukan bahwa sejumlah kecil silica membantu terciptanya pertumbuhan tulang yang lebih besar dan lebih cepat.

Carlisle menyatakan bahwa defisiensi silica dalam pola makan adalah salah satu faktor penting terkait dengan resiko terhadap osteoporosis dan osteopenia.

Penelitian sebelumnya oleh A. Charnot tahun 1952, menyatakan bahwa dekalsifikasi (pemecahan kalsium) selalu didahului oleh tidak adanya jaringan silica yang dapat dideteksi. Pada tahun 1972, Carlisle memperluas penelitiannya, menemukan bahwa pengaruh silica terhadap proses kalsifikasi (pengerasan) dan jumlah kalsium yang disimpan di dalam tulang. Ia melaporkan bahwa hewan yang mendapat diet tinggi silica mencapai mineralisasi tulang yang maksimal lebih cepat daripada yang diberikan diet rendah silica.

Carlisle (tahun 1970) dan K. Schwarz dan D.B. milne (tahun 1971) menunjukkan bahwa tikus dan ayam yang dalam diet-nya kekurangan silica tidak mampu mencapai pertumbuhan optimal, dan secara nyata pertumbuhan tulang dan tengkoraknya bisa berubah bentuk.

Yang terkini (tahun 1986) Carlisle membuktikan peranan silica dalam pembentukan jaringan penghubung, mencatat bahwa silica adalah komponen struktural dari glikosaminoglikan (asam hyaluronat, chondroitin sulfat dan keratin sulfat) dan kompleks protein mereka.

Sementara itu diketahui bahwa kebanyakan zat gizi tubuh dan pengeluaran kelenjar semakin berkurang sesuai dengan pertambahan umur, dan kekurangan silica menjadi tanda yang utama.
Kandungan silica pada jaringan kulit hewan dan thymus (kelenjar utama sistem imun) berkurang dengan cepat sesuai dengan pertambahan umurnya. Kelenjar thymus hewan muda mengandung 56 ppm silica, sedangkan hewan dewasa mengandung 2 ppm (bagian per sejuta) silica: hanya 1/28-nya!

Membantu mencegah penyakit Alzheimer

Di dalam buku yang diterbitkan tahun 1997, ”Prescription for Nutritional Healing”, James F. Balch, M.D., dan Phyllis A. Balch, C.N.C., menjelaskan manfaat lain dari silica terhadap kesehatan, “Silica menetralkan efek aluminium dalam tubuh dan penting bagi pencegahan penyakit Alzheimer dan osteoporosis. Kadar silica berkurang karena penuaan, dan oleh karena itu, dibutuhkan dalam jumlah besar pada orang yang sudah tua,” menurut Balches.
Silica dapat beroperasi di tingkat yang lebih mendasar daripada itu. Faktanya, silica bisa menghambat penyerapan aluminium, suatu logam yang telah dikaitkan dengan demensia.

Silica dan Jantung

Carlisle juga menemukan bahwa dengan berkurangnya silica pada lapisan dalam (intima) dinding arteri, dan melemahnya jaringan penghubung, dapat mengakibatkan resiko yang lebih besar bagi perkembangan penyakit jantung oklusif.
Kaitannya dengan air? Pada waktu dulu, banyak studi telah menemukan bahwa kematian yang berasal dari penyakit jantung jauh lebih sedikit di daerah dimana air minumnya diperkirakan “keras”. (Air “keras” ditandai dengan kehadiran garam, seperti kalsium atau magnesium, sesuai dengan kamus Webster). Hal ini dilaporkan pada awal tahun 60-an oleh Henry Schroeder, profesor fisiologi klinis di Dartmouth University Medical School.

Kemudian, sebuah studi oleh Earl Dawson, Ph.D., direktur riset gizi pada University of Texas di Galveston mengungkapkan bahwa rata-rata kematian karena serangan jantung dan stroke 25% lebih rendah di kota-kota di mana orang minum “air keras (hard water)”. Hal ini telah dicatat dalam sebuah berita, “Hard Water Promotes Heart Health” , diterbitkan oleh University of Texas di Galveston, 15 Agustus 1981.

Bagaimanapun, ada kekurangan serius dalam studi ini dan yang lainnya: mereka tanpa alternatif memberikan kredit penuh untuk hasil yang baik ini terhadap peranan kalsium dan magnesium dalam menciptakan “air mineral”. Pasti, sementara mineral-mineral ini memainkan sebuah bagian yang kritis, silica seharusnya tidak dilewatkan begitu saja sebagai hal yang sama.

Adalah penting bagi sebuah zat gizi yang ada dalam makanan untuk diserap. Pertanyaannya: apakah silica dalam serat secara nyata diserap atau hanya membuat perjalanan cepat melalui saluran pencernaan? Ada bukti bahwa silica diserap.

Seperti yang disebutkan dalam bukunya Schwarz, sebuah studi oleh Thomas bassler, M.D., dari Centinela Hospital di Inglewood, California, yang menganalisa contoh rambut pasien program rehabilitasi jantung dan menemukan bahwa orang yang sedang dalam diet tinggi serat dapat meningkatkan kadar silicanya. Konsekuensinya, Bassler memberikan semua pasien jantungnya dengan diet tinggi serat.

Buku yang ditulisnya memuat daftar makanan sesuai dengan kandungan seratnya, 10 terbanyak adalah: buah prunes, kentang manis, apel, bayam (yang dimasak), kentang, kenari, plum, ginjal dan kacang putih.

Silica dan diet kita

Dua sumber utama silica adalah air minum dan tanaman berserat. Kebanyakan orang mendapatkannya melalui diet dan suplementasi seperti: herbal horsetail (Eqisetum arvense); alfalfa; bit; biji-bijian utuh, termasuk gandum dan beras merah; lada bel; kedelai; sayuran hijau daun; rumput laut; dan ganggang hijau-biru.
Adalah sulit untuk mencerna makanan yang kaya silica untuk mendukung kesehatan, dalam hal ini, herbal horsetail (Eqisetum arvense) mungkin membantu.

Sebuah buku yang berjudul “The Amazing Medicines the Drug Companies Don't Want You to Discover” menyoroti nilai gizi utama dari horsetail: “Horsetail adalah sumber alami yang sempurna dari silica. Horsetail juga kaya akan kalsium dan beberapa mineral lainnya yang dibutuhkan untuk membangun kembali jaringan yang terluka dan sangat membantu dalam penyembuhan arthritis.”

Horsetail telah banyak digunakan untuk memperbaiki kondisi masyarakat selama beberapa abad, antara lain untuk memperbaiki jantung, mata, paru-paru dan ginjal. Juga digunakan untuk memperkuat tulang yang lemah, mengurangi radang sendi (rheumatik), dan untuk memulihkan beberapa kerusakan yang disebabkan oleh kelebihan konsumsi alkohol.

Manfaat-manfaat Silica

Hanya sedikit jumlah silica yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, namun keberadaan mineral ini memberi banyak hal untuk menjaga kita tetap sehat:
1. Memperbaiki metabolisme sel dan merangsang pembentukan sel.
2. Menghambat proses penuaan dalam jaringan.
3. Suplementasi silica ke dalam jaringan yang dengan cepat berkurang sejalan dengan umur.
4. Memperkuat jaringan penghubung dan memperbaiki struktur dan fungsinya.
5. Meningkatkan elastisitas dan kekuatan pembuluh darah, membuat mereka lebih sedikit mengembangkan aterosklerosis (ketika silica meremajakan jaringan penghubung, bengkak/ pembesaran aterosklerosis menghilang)
6. Mendukung reaksi anti infeksi dan anti peradangan.
7. Merangsang sistem imun untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh serangan bakteri, virus dan racun.

Silica untuk kecantikan rambut, kulit dan kuku

Selain penting untuk mendukung kesehatan jaringan penghubung, Silica juga penting untuk penampilan kulit agar tampak lebih muda. Penuaan kulit terutama disebabkan oleh ketidakmampuan jaringan penghubung kulit untuk menahan air, yang sebagian besar disebabkan oleh defisiensi silica dan asam hyaluronat.
Suplementasi silica juga dapat memperbaiki penampilan rambut dan kuku seperti halnya kulit.
Studi menunjukkan bahwa silica nampaknya menjadi bagian dari sintesa praline (unsur utama kolagen) yang dibutuhkan untuk membuat deoksikolagen. Selain itu, kerja optimal dari ”prolyl hydroxylase” (enzim penting untuk sintesa kolagen) juga tergantung pada silica (sesuai studi oleh Carlisle tahun 1981).
Dan, kita semua mengetahui betapa pentingnya keratin dan kolagen bagi kulit, rambut dan kuku.

Apakah silica mempunyai pasangan mineral yang lain? Ya. Boron, magnesium, mangan, dan kalium membantu kita untuk memanfaatkan silica dengan lebih baik. Zat besi dan fosfor, khususnya, dibutuhkan tubuh untuk membantu asimilasi trace mineral ini.

Dengan begitu banyaknya manfaat Silica bagi kesehatan, kesejahteraan dan penampilan kita, telah membuktikan bahwa trace mineral ini jauh dari tidak penting, dan tersedia dalam berbagai jenis mineral inorganik (atau sumber utama) dan dalam bentuk yang dapat larut, seperti tumbuhan (sumber sekunder).

Referensi :
"Hard Water is Best For Health," Consumer Bulletin, March 1963.
"Hard Water Promotes Heart Health," News Report, University of Texas at Calveston, August 15, 1981.
Anonymous. Amazing Medicines the Drug Companies Don't Want You to Discover. Tempe, Ariz.: University Medical Research Publishers, 1993.
Balch, James F., M.D., and Balch, Phyllis A., C.N.C. Prescription for Nutritional Healing. Second edition. Garden City Park, N.Y.: Avery Publishing Group Inc., 1997.
Carlisle, E.M. "A Relationship Between Silicon and Calcium in Bone Formation," Fed Proc. 29: 265, 1970.
Carlisle, E.M. "Silicon: A Possible Factor in Bone Calcification." Science 167: 179-180, 1970.
Carlisle, E.M. "Silicon as an Essential Element for the Chick," Science 178: 619421, 1972.
Carlisle, E.M. "Silicon as an Essential Trace Element in Animal Nutrition." In: Silicon Biochemistry. CIBA Foundation Symposium 121. New York: John Wiley & Sons, 1986.
Charnot, A. "Influence du Silicum et du Potassium sur le Metabolisme due Calcium," Maros Medical 337: 32, 1952.
Faelton, Sharon. The Complete Book of Minerals for Health. Emmaus, Pa.: Rodale Press, 1981.
Kaulmann, Klaus. Silica. Burnaby, B.C., Canada: Alive Books, 1992.
Schwarz, K., and Milne, D.B. "Growth-Promoting Effects of Silicon in Rats," Nature 239: 333-334, 1972.

Silica Untuk Osteoporosis dan Penyakit Kardiovaskular

(Disadur dari Nutrition Science News terbitan November 1997)

Trace mineral esensial ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tulang dan pembuluh darah.
C. Leigh Broadhurst, Ph.D.

Menurut kebanyakan Paleoanthropologis, manusia modern berkembang di Afrika sekitar 100.000 sampai 300.000 tahun yang lalu, lalu menyebar ke seluruh dunia.1 Selama 100.000 tahun terakhir, para ahli percaya bahwa biologi manusia tidaklah berevolusi dengan signifikan. Konsekwensinya, mereka beragumentasi bahwa pola nutrisi kita lebih ditentukan kepada apa yang dimakan oleh nenek moyang kita yaitu hasil buruan, daripada makanan yang kita makan saat ini.2

Beberapa dari makanan nenek moyang kita yang jarang ditemukan dalam pola makan modern, diantaranya: organ dalam, sum-sum tulang, kulit, urat, tulang rawan, ikan bertulang dan sayuran berserat.3 Kebalikan dari pola makan rata-rata saat ini, makanan tersebut tergolong kaya akan berbagai nutrisi termasuk silicon (Si) -sebuah trace mineral esensial- yang diyakini oleh para peneliti sangat dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan jaringan penghubung yang normal. Yang lebih parah, teknik pemrosesan makanan modern yang banyak dijumpai saat ini telah melucuti hampir seluruh kandungan silicon pada makanan kita seperti biji-bijian dan beras sehingga manfaat yang bisa didapat dari silicon jauh berkurang.

Silicon adalah Elemen non-logam yang tidak dapat ditemukan di alam dalam bentuk dasarnya sebab silicon bereaksi dengan oksigen dan air dengan cepat. Silicon dapat ditemukan hampir pada setiap silicat (mineral yang membentuk batu-batuan geologis). Silicat berbentuk tetrahedral dan terdiri dari satu atom silicon yang dikelilingi oleh 4 atom oksigen. Walaupun kehadiran mereka termasuk berlimpah di bumi, tetapi silicat tidaklah menyediakan bentuk silicon yang dapat diserap oleh tubuh.

Ketika dicampur dengan air, silicat berubah menjadi asam orthosilic – satu-satunya bentuk silicon yang dapat dipergunakan oleh manusia dengan efektif.4 Asam orthosilic terdiri dari satu atom silicon yang terikat dengan 4 hydroxides, tidak seperti yang terlihat pada silicat dimana atom silicon terikat dengan oksigen. Asam orthosilic hadir secara alami di dalam peredaran darah kita.

Ketika konsentrasi asam orthosilic di dalam air tinggi, maka Silica terbentuk. Silica merupakan sebuah polimer kompleks dari Silicon-hydroxide-oxide-air yang dapat mengandung sampai dengan beberapa triliun atom silicon. Opal adalah polimer dari silica yang sangat besar dan solid. Tidak semua polimer silica bisa dicerna, kecuali jika polimer tersebut dapat dipecah menjadi satuan unit kecil ketika dicerna. Silica, silica gel, silica koloid, tanah liat dan kebanyakan makanan serta herbal ekstrak mengandung silica, namun bukanlah asam orthosilic, sehingga mereka bukanlah sumber yang silicon baik. Pada kenyataannya, bila silica diekstrak dari tumbuhan Horse Tail menjadi bentuk larutan atau teh, cairan konsentrasinya akan menyediakan silicon dalam jumlah kecil yang dapat diserap tubuh. Hal ini terjadi karena begitu konsentrasi asam orthosilic lebih dari 10 sampai 100 ppm di dalam air, konversi asam orthosilic menjadi silica akan dihambat. Oleh karena itu, untuk menghindari konversi menjadi bentuk yang tidak dapat diserap tubuh, maka lebih baik didapati dalam bentuk teh dengan kuantitas besar daripada bentuk konsentrat.

Percobaan laboraturium pada anak ayam dan anak tikus menunjukkan bahwa silicon sangatlah penting bagi pertumbuhan kerangka tubuh yang normal.5 Tulang adalah sebuah materi yang fleksibel yang terbuat dari kristal apatite (Mineral Kalsium-Fosfor) yang tertanam di dalam matriks protein yang mengandung Kolagen dan Glycosaminoglycans. Silicon berperan penting didalam pengembangan awal tulang ketika matriks protein dibangun. Substansi ini juga meningkatkan mineralisasi tulang dan deposit kalsium di dalam tulang, yang berarti tulang akan bertumbuh dengan cepat dan kuat.6

Walaupun defisiensi silicon secara klinis belumlah terlihat pada manusia, tetapi telah diketahui bahwa asupan yang didapat tidaklah memadai. Osteoporosis adalah salah satunya. Di tahun 1993, sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Centre Hospitalier de Toulon di Perancis, 8 wanita dengan kondisi osteoporosis yang berusia rata-rata 64 tahun menerima suntikan 2 kali seminggu selama 4 bulan dengan 50 mg silicon yang mudah diserap tubuh. Berdasarkan gambar yang diambil sebelum dan sesudah melakukan suplementasi, dosis yang diberikan tersebut meningkatkan kepadatan tulang paha mereka tetapi tidak mempengaruhi kepadatan tulang belakang mereka.7 Tulang paha merupakan tulang terbesar dan memikul beban terberat sehingga tulang ini dapat digunakan sebagai indikator yang baik bagi kondisi osteoporosis.

Pada penelitian dengan hewan percobaan yang dilakukan di Unit 349, Inserm (Institut Penelitian Nasional Biomedis Perancis) di Paris, tikus betina dibagi menjadi 3 kelompok, indung telur pada salah satu kelompok diangkat untuk menstimulus menopause, kelompok lainnya menjalani operasi gadungan, dan kelompok ke 3 tidak dioperasi dan digunakan sebagai kelompok kontrol.8 Tikus-tikus itu kemudian dipisahkan menjadi kelompok-kelompok yang menerima suplementasi silicon organik yang dapat larut, hormon estrogen sintetis Estradiol dan tidak menerima apa-apa. Tikus-tikus yang indung telurnya telah diangkat mengalami pengurangan massa tulang dengan cepat pada tulang mereka yang sedang bertumbuh (trabecular). Estradiol sama sekali mencegah pengurangan massa tulang ini dan silicon walaupun tidak sesukses hormon namun secara signifikan memperlambat pengurangan massa tulang ini dan meningkatkan kecepatan pembentukan tulang sebanyak 30% jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Kecepatan pergantian tulang sangatlah penting. Jika keluar dari keseimbangannya maka akan menghasilkan kehilangan massa tulang dan osteoporosis. Banyak peneliti saat ini mengacu kepada kecepatan pergantian tulang pasien wanita sebagai indikator dari osteoporosis. Ketika pengukuran dilakukan pada volume total tulang trabecular tikus, para peneliti menemukan bahwa tikus yang indung telurnya diangkat dan tidak diterapi apa-apa memiliki kehilangan massa tulang sebesar 50%, dibandingkan dengan tikus-tikus yang menjalani operasi gadungan. Pada kelompok lain yang indung telurnya diangkat namun diberi estradiol, kehilangan massa tulang sebesar 8%, dan ketika silicon diberikan pada 1 mcg untuk setiap gram berat badan, menghasilkan kehilangan massa tulang sebesar 42%. Walaupun suplementasi silicon tidaklah mengurangi kehilangan massa tulang secara berarti, namun dapat dipertimbangkan untuk menggunakan suplementasi silicon bersamaan dengan terapi sulih hormon untuk mencegah osteoporosis. Suplementasi silicon membantu sampai tingkatan tertentu dan belum pernah ada laporan mengenai kasus keracunan silicon sampai dengan saat ini.

Silicon juga terkonsentrasi di dalam jaringan penghubung pembuluh darah, tulang rawan, rambut dan kulit. Oleh karena itu, para peneliti percaya bahwa silicon memainkan peran penting didalam jalinan struktur dinding pembuluh darah dan tulang.9 Atherosclerosis (Penyumbatan dan pengerasan arteri yang disebabkan oleh plak kolesterol dan pertumbuhan jaringan arteri yang abnormal) secara signifikan menurunkan tingkat silicon didalam dinding arteri. Tingkat silicon berkurang persis sebelum plak terbentuk, dimana hal ini menunjukkan bahwa defisiensi silicon tidak bisa dipisahkan dari kelemahan dinding pembuluh darah. 10; 11

Gandum menyerap air dalam jumlah besar selama proses pemasakan sehingga konsentrasi Siliconnya sedikit dibandingkan dengan gandum kering, mentah atau gandum puff. Gandum juga sangat beragam kandungan siliconnya, sehingga dengan pengolahan, seperti bermacam-macam produk gandum instan dan cepat saji, silikon yang dikandungnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan gandum yang digiling.

Referensi :
Pennington, J.A.T., “Silicon dalam Makanan & Diet”, Kandungan Makanan Tambahan, 8:97-118, 1991.


Pembuluh Darah Sehat

Penelitian pada kelinci yang dilakukan di Experimental Medicine Laboratory, Université Pierre et Marie Curie di Paris menunjukkan bahwa suplementasi silicon melindungi terhadap plak atherosklerotik.12 31 ekor kelinci jantan diberi makan dengan makanan yang mengandung kolesterol tinggi dan minyak kacang agar menghasilkan plak, sementara 38 kelinci lainnya diberi makan makanan yang sama dan diberi suplementasi 7.5–10 mg silicon setiap 2 hari sekali melalui infus (28 kelinci) atau 10 mg – 15 mg secara oral (10 kelinci). Sekitar 77% dari 31 kelinci yang tidak menerima silicon mengembangkan atherosclerosis dan 26% diantaranya berada dalam kondisi yang parah. Sebaliknya, hanya 24% dari 38 kelinci yang menerima silicon mengalami atherosclerosis, dan 16% didalamnya mengembangkan kondisi yang parah. Lebih jauh lagi, dari 28 kelinci yang menerima silicon dengan menggunakan infus, hanya 21 % yang mengembangkan plak. Pembuluh darah arteri dari sebagian besar kelinci yang menerima silicon menjadi halus (smooth), berkilau (shiny), elastis dan bebas dari kerusakan, dengan kata lain: normal, walaupun menerima pola makan yang tidak sehat. Tidaklah ditemukan perbedaan yang signifikan pada level kolesterol atau trigliserida didalam kelinci dari kelompok manapun.

Studi di Inggris dan Finlandia yang dilakukan oleh para peneliti dari berbagai institusi menemukan bahwa para pria mengkonsumsi jumlah silicon 2 kali lebih banyak dari dosis wanita – terkait dengan statistik konsumsi bir para pria. Peminum bir pada umumnya mendapatkan asupan silicon sebesar 30 – 50 mg per hari dan sekitar 0 – 50 % yang diserap.13 Penyebab dari perbedaan yang besar didalam penyerapan belumlah ditemukan, tetapi penyerapan berkisar 50% telah dianggap baik. Suatu studi menemukan bahwa silicon sebenarnya berada didalam “keseimbangan negatif” baik pada pria maupun wanita, yang mengindikasikan bahwa tingkat silicon di dalam tubuh sangatlah rendah sehinga cadangan mineral dilepaskan dari jaringan tubuh untuk menyuplai bahan bakar bagi fungsi metabolisme tubuh. 14

Kebanyakan produk hewan kecuali tulang rawan, kulit dan otot mengandung kadar silicon yang rendah, sedangkan makanan tinggi serat seperti biji-bijian, buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan sumber yang kaya akan silicon. Namun hampir 99% dari kandungan silicon di dalam biji-bijian hilang dalam proses pengolahan (lihat tabel diatas), sehingga suplementasi dengan menggunakan asam orthosilic yang stabil bisa menjadi sebuah alternatif yang bagus.

Sebuah studi yang melibatkan 59 anak lembu yang dilakukan oleh Mario Calomme, Ph.D., dari University of Antwerp, Belgia, menunjukkan bahwa penggunaan suplementasi asam orthosilic jauh lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan makanan dalam meningkatkan level silicon baik di dalam aliran darah maupun dalam sintesa kolagen (suatu proses yang membutuhkan silicon untuk pembentukan kolagen).15 Selama 23 minggu, baik lembu yang diteliti maupun lembu kontrol diberi makan susu formula standar yang mengandung silicon dalam ukuran normal. Satu kelompok anak lembu diberikan suplementasi asam orthosilic sebesar 280 – 380 mcg untuk setiap gram berat badan dua kali sehari. Dosis yang diberikan ditingkatkan sesuai dengan pertumbuhan anak lembu tersebut. Pada minggu ke 7, konsumsi silicon harian anak lembu yang diperoleh dari makanan adalah 360 mg dan dari asam orthosilic hanya 17.5 mg. Setelah 23 minggu, tingkat silicon dalam darah anak lembu yang menjalani terapi asam orthosilic adalah 70% lebih tinggi dari kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan penyerapan yang lebih baik.

Pada 9 ekor anak lembu ditemukan kandungan kolagen pada kulit mereka yang memperoleh asam orthosilic secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan anak lembu yang tidak memperoleh suplementasi. Hal ini menunjukkan bahwa silicon yang diperoleh dari makanan tidaklah selalu dapat diserap - Anak lembu tsb menggunakan suplementasi asam orthosilic walaupun kandungan silicon yang diberikan lebih banyak berada pada makanan mereka daripada suplemen. Menurut Calomme, hasil ini juga mengindikasikan bahwa kebutuhan ideal silicon dari anak lembu ini tidaklah diperoleh dari dalam makanan mereka.

Karena siklus pertumbuhan anak lembu lebih lama daripada binatang pengerat (Tikus, Marmut, dll), hasil penelitian ini telah membuka mata manusia. Karena anak lembu juga mendapatkan manfaat lebih besar dengan silica yang dihidrolisa daripada binatang pengerat, maka pengujian ini membuktikan manfaat asam orthosilic yang jauh lebih besar bagi umat manusia.

Ada begitu banyak faktor, termasuk nutrisi, hormon, olah raga, merokok, minum alkohol dan genetik yang berperan didalam penyakit osteoporosis dan penyakit cardiovaskular pada manusia. Pencegahan terhadap penyakit-penyakit kronis ini membutuhkan nutrisi, termasuk silicon. Daftar makanan dan nutrisi yang direkomendasikan bagi penderita osteoporosis secara mencolok menyerupai apa yang direkomendasikan bagi penderita penyakit cardiovaskular – Hal ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan, karena tulang dan arteri, keduanya merupakan jaringan penghubung (connective tissues). Secara keseluruhan, informasi ini memperkuat argumentasi bahwa kebutuhan nutrisi manusia didasari pada diet Paleolitik. Penyakit osteoporosis dan kardiovaskular keduanya merupakan penyakit yang diakibatkan oleh penggunaan nutrisi modern barat – Hanya ada sedikit bukti dari kelompok orang yang hidup dari hasil berburu yang menderita kedua penyakit ini.

C. Leigh Broadhurst, Ph. D., adalah seorang geochemist dengan rasa keingintahuan yang besar di bidang nutrisi dan obat alternatif. Ia bekerja sebagai ilmuwan tamu pada sebuah laboratorium penelitian nutrisi pemerintah dan mengepalai 22nd Century Nutrition, sebuah perusahaan konsultan nutrisi/ilmiah di Cloverly, Md. Ia juga seorang wakil presiden dari Herbal Vineyard Inc. di Foulton, Md., yang dikepalai oleh James Duke, Ph. D.

Referensi :

1. Stringer, C.B. "Reconstructing recent human evolution." Phil Trans Royal Soc, London B, 337: 217-41, 1992
2. Broadhurst, C.L., et al. "Rift Valley lake fish and shellfish provided brain-specific nutrition for early Homo." Br J Nutr, in press, 1997.
3. O'Dea, K. "Traditional diet and food preferences of Australian Aboriginal hunter-gatherers." Phil Trans Royal Soc, London B, 334: 233-41, 1991.
4. Carlisle, E.M. "Silicon as a trace nutrient." Sci Total Environ, 73: 95-106, 1988.
5. Nielsen, F.H. "Ultratrace elements of possible importance for human health: An update." In Prasad, A.S., ed., Essential and Toxic Trace Elements in Human Health and Disease: An Update: 355-76. New York: Wiley-Liss, 1993.
6. Carlisle, loc. cit.
7. Eisinger, J. & Clairet, D. "Effects of silicon, fluoride, etidronate and magnesiliconum on bone Mineral density: A retrospective study." Magnesiliconum Res, 6: 247-49, 1993.
8. Hott, M., et al. "Short-term effects of organic silicon on trabecular bone in mature ovarectomized rats." Calcified Tissue Internat, 53: 174-79, 1993.
9. Schwarz, K. "Significance and functions of silicon in warm-blooded animals." In Bendz, G. & Lindquist, I. eds., Biochemistry of Silicon and Related Problems: 207-30. New York: Plenum Press, 1978.
10. Nielsen, loc. cit.
11. Schwarz, loc. cit.
12. Loeper, J., et al. "The antiatheromatous action of silicon." Atherosclerosis, 33: 397-408, 1979.
13. Pennington, J.A.T. "Silicon in foods and diets." Food Additives Contamin, 8: 97-118, 1991.
14. Ibid.
15. Calomme, M.R. & Vanden Berghe, D.A. "Supplementation of calves with stabilized orthosilicic acid. Effect on the Silicon, Ca, Mg, and P concentrations in serum and the collagen concentration in skin and cartilage." Biol Trace Elem Res, 56: 153-65. 1997
Health Blogs - BlogCatalog Blog Directory