Asupan silicon dalam diet berhubungan positif dengan kepadatan mineral tulang (BMD) pada studi kohort pria dan wanita premenopause di Framingham Offspring
Jugdaohsingh R, Tucker KL, Qiao N, Cupples LA, Kiel DP, Powell JJLaboratorium Gastrointestinal, The Rayne Institute, Rumah Sakit St Thomas', London, Inggris. ravin.jugdaohsingh@kcl.ac.ukThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
Peranan silicon dalam diet bagi kesehatan tulang pada manusia belumlah diketahui. Dalam sebuah studi cross-sectional/potong lintang berdasarkan populasi (2487 peserta), hubungan antara asupan silicon dalam diet dengan BMD diselidiki. Diet silicon mempunyai korelasi positif dan signifikan dengan BMD seluruh daerah sekitar pinggul pada pria dan wanita premenopause, tapi tidak pada wanita pasca menopause. Disimpulkan bahwa peningkatan asupan silicon berhubungan dengan peningkatan BMD cortical dalam populasi ini.
PENDAHULUAN: Osteoporosis merupakan suatu masalah kesehatan dan ekonomi yang terus berkembang. Bahan yang mendukung pembentukan tulang terus menerus dicari. Data dari hewan dan seluler menyimpulkan bahwa anion orthosilikat (silicon diet) terlibat dalam pembentukan tulang. Asupan silicon (Si, rata-rata 30 mg/hari) adalah yang tertinggi di antara trace mineral pada manusia, namun kontribusinya terhadap kesehatan tulang belum diketahui.
MATERI dan METODE: Dalam sebuah studi cross-sectional berdasarkan populasi, kami menguji hubungan antara asupan silicon dan kepadatan mineral tulang (BMD) pada 1251 pria dan 1596 wanita pre dan pasca menopause di Framingham Offspring (berusia 30-87 tahun) pada 4 daerah pinggul dan tulang belakang lumbal, untuk mengetahui semua faktor potensial yang mempengaruhi BMD dan asupan zat gizi.
HASIL: asupan silicon berkorelasi positif dengan penyesuaian BMD pada 4 daerah pinggul pria dan wanita premenopause, namun tidak pada wanita pasca menopause. Tidak ada hubungan yang signifikan pada pengamatan tulang belakang lumbal kelompok apapun. Analisis kategori berdasarkan asupan silicon atau penyesuaian energi asupan silicon mendukung temuan ini, dan menunjukkan perbedaan yang besar dalam BMD (s/d 10%), antara asupan silicon yang tertinggi (> 40 mg silicon/hari) dan yang terendah (< 14 mg silicon/hari). Sebuah hubungan yang signifikan pada tulang belakang lumbal pada pria juga diamati. Analisa lebih jauh mengindikasikan bahwa beberapa efek yang terlihat dari konsumsi minuman beralkohol yang tidak terlalu tinggi mungkin dikaitkan dengan asupan silicon.
KESIMPULAN: Temuan ini menyimpulkan bahwa asupan silicon yang lebih tinggi dalam diet pada pria dan wanita muda bisa memberi efek menyehatkan bagi skeletal (rangka tulang), khususnya kesehatan tulang kortikal yang sebelumnya tidak diketahui. Konfirmasi dari hasil ini dicari dalam sebuah studi longitudinal dan dengan menilai pengaruh asupan silicon terhadap penanda tulang dalam studi kohort ini.
J Bone Miner Res. Feb 2004 ;19(2):297-307. Epub 16 Des 2003 .
Jugdaohsingh R, Tucker KL, Qiao N, Cupples LA, Kiel DP, Powell JJLaboratorium Gastrointestinal, The Rayne Institute, Rumah Sakit St Thomas', London, Inggris. ravin.jugdaohsingh@kcl.ac.ukThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
Peranan silicon dalam diet bagi kesehatan tulang pada manusia belumlah diketahui. Dalam sebuah studi cross-sectional/potong lintang berdasarkan populasi (2487 peserta), hubungan antara asupan silicon dalam diet dengan BMD diselidiki. Diet silicon mempunyai korelasi positif dan signifikan dengan BMD seluruh daerah sekitar pinggul pada pria dan wanita premenopause, tapi tidak pada wanita pasca menopause. Disimpulkan bahwa peningkatan asupan silicon berhubungan dengan peningkatan BMD cortical dalam populasi ini.
PENDAHULUAN: Osteoporosis merupakan suatu masalah kesehatan dan ekonomi yang terus berkembang. Bahan yang mendukung pembentukan tulang terus menerus dicari. Data dari hewan dan seluler menyimpulkan bahwa anion orthosilikat (silicon diet) terlibat dalam pembentukan tulang. Asupan silicon (Si, rata-rata 30 mg/hari) adalah yang tertinggi di antara trace mineral pada manusia, namun kontribusinya terhadap kesehatan tulang belum diketahui.
MATERI dan METODE: Dalam sebuah studi cross-sectional berdasarkan populasi, kami menguji hubungan antara asupan silicon dan kepadatan mineral tulang (BMD) pada 1251 pria dan 1596 wanita pre dan pasca menopause di Framingham Offspring (berusia 30-87 tahun) pada 4 daerah pinggul dan tulang belakang lumbal, untuk mengetahui semua faktor potensial yang mempengaruhi BMD dan asupan zat gizi.
HASIL: asupan silicon berkorelasi positif dengan penyesuaian BMD pada 4 daerah pinggul pria dan wanita premenopause, namun tidak pada wanita pasca menopause. Tidak ada hubungan yang signifikan pada pengamatan tulang belakang lumbal kelompok apapun. Analisis kategori berdasarkan asupan silicon atau penyesuaian energi asupan silicon mendukung temuan ini, dan menunjukkan perbedaan yang besar dalam BMD (s/d 10%), antara asupan silicon yang tertinggi (> 40 mg silicon/hari) dan yang terendah (< 14 mg silicon/hari). Sebuah hubungan yang signifikan pada tulang belakang lumbal pada pria juga diamati. Analisa lebih jauh mengindikasikan bahwa beberapa efek yang terlihat dari konsumsi minuman beralkohol yang tidak terlalu tinggi mungkin dikaitkan dengan asupan silicon.
KESIMPULAN: Temuan ini menyimpulkan bahwa asupan silicon yang lebih tinggi dalam diet pada pria dan wanita muda bisa memberi efek menyehatkan bagi skeletal (rangka tulang), khususnya kesehatan tulang kortikal yang sebelumnya tidak diketahui. Konfirmasi dari hasil ini dicari dalam sebuah studi longitudinal dan dengan menilai pengaruh asupan silicon terhadap penanda tulang dalam studi kohort ini.
J Bone Miner Res. Feb 2004 ;19(2):297-307. Epub 16 Des 2003 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar